Oleh : Adharta
Ketua Umum
KRIS
Cerpen 002
Seri ketiga
Tamat
Semoga bisa menjadi penutup yang mengharukan, penuh makna, dan membekas di hati.
Langit yang Akhirnya Cerah
Hari itu, Elisabeth berdiri di panggung kecil di ballroom hotel Surabaya.
Ia mengenakan blouse putih sederhana dan celana panjang hitam yang elegan.
Di depannya, ratusan hadirin duduk menyimak. Ia baru saja mempresentasikan kampanye pertamanya
“Cantik yang Tak Terlihat”,
Sebuah program sosial untuk mendukung perempuan pekerja dari latar belakang sulit.
Di akhir presentasi, Elisabeth menatap sekeliling. Tangannya sedikit gemetar, tapi suaranya tegas.
> “Saya tumbuh tanpa keluarga. Saya hidup dalam sunyi. Tapi saya tahu satu hal pasti—setiap perempuan, seberapa pun kelam masa lalunya, punya cahaya yang bisa menerangi dunia. Saya adalah bukti kecil dari itu.”
Tepuk tangan membahana.
Tak sedikit yang meneteskan air mata.
Dari barisan belakang, Elisabeth melihat Armand berdiri sambil mengacungkan jempol. Ia belum menjadi kekasihnya
Tapi Elisabeth kini tahu, cinta sejati tak datang dari rasa kasihan, tapi dari saling menghargai.
Malam itu, Elisabeth pulang ke apartemennya. Ia membuka jendela.
Langit Surabaya tak berbintang, tapi biru pekat yang indah. Ia duduk di kursinya, menyalakan lampu baca, lalu membuka catatan nenek yang dulu lusuh itu.
Di halaman belakang, ia menulis:
> “Nek, aku sudah bertahan. Aku belum menemukan keluarga, tapi aku menemukan diriku sendiri. Dan mungkin… itu permulaan dari semuanya.”
Ia tersenyum. Untuk pertama kalinya dalam hidup, senyum itu tulus.
Masa lalu tidak menghilang. Tapi ia kini tak lagi menjadi luka, melainkan fondasi yang membentuk siapa Elisabeth hari ini.
Elisabeth masih sendiri.
Tapi ia tak lagi sepi.
Ia tidak punya alamat keluarga. Tapi kini ia punya tempat di hati banyak orang.
Langit Surabaya masih biru
dan kali ini, birunya milik Elisabeth juga.
TAMAT
Salam rindu buat semua Anggota KRIS
Keluarga
Semua sahabat
Sampai jumpa Minggu depan
Www.kris.or.id