Rabu Malam Dingin di Queen Victoria Market
oleh : Adharta
Ketua Umum
KRIS
Malam yang sahdu indah sekali
suhu nyaris menyentuh titik beku.
Angin menusuk tulang, napas beruap seperti asap, namun langkah kaki tetap mantap menembus udara dingin kota Melbourne.
Queen Victoria Market
ikon hidup kota ini telah menunggu dengan riuh, hangat, dan menggoda.
Di tengah suasana yang nyaris beku, pasar ini justru menyala.
Wangi roti panggang dan kopi segar mengambang di udara, bercampur aroma daging asap, keju lembut, dan rempah-rempah dari berbagai belahan dunia.
Suara penjual memanggil pelanggan, musik jalanan dari ujung gang, dan tawa pengunjung menciptakan simfoni tersendiri
Sebuah orkestra kehidupan.
Ada atraksi banyak menarik
Khususnya anak anak kecil.
Di satu sisi, kalkun panggang ala Turki tersaji menggoda dengan kulit renyah keemasan.
Ada Turkish delight macam macam
Tak jauh dari situ, baguette segar dari Prancis berjejer rapih dengan mentega asin yang lembut. Keju Swiss dengan rasa dalam yang memanjakan lidah; chorizo dan Nacos
Spanyol yang hangat dan pedas; hingga stroopwafel
Poffertjess
Belanda yang manis dan lengket di tangan semua berkumpul di bawah satu atap, seolah dunia tengah berpesta.
Pasar ini bukan sekadar tempat berjualan.
Ia adalah panggung di mana budaya, rasa, dan sejarah bertemu dalam semangkuk sup
Mangkoknya dari Roti sejenis Cupa soup
hangat dan secangkir cokelat panas. Para pedagang di sini bukan sekadar penjual mereka adalah penjaga tradisi, pembawa kisah dari tanah kelahiran yang jauh.
Saya berdiri sejenak di tengah keramaian, membiarkan dingin menggigit pipi, sementara kehangatan rasa dan suasana mengalir ke hati.
Queen Victoria Market adalah bukti bahwa di dunia yang semakin seragam, masih ada tempat di mana keberagaman dirayakan, bukan dihilangkan.
Ketika Malam makin larut
Nada makin Turun di Queen Victoria Market
Saat senja mulai menghapus cahaya langit, pasar ini tidak lantas sunyi justru berubah rupa.
Malah tambah ramai pengunjung menikmati makan malam bersama keluarga
Lampu-lampu kuning keemasan menyala, menari lembut di atas tenda-tenda yang masih terbuka.
Udara malam yang dingin seperti diberi selimut oleh wangi makanan hangat dan aroma manis dari gerai minuman berempah.
Nah ada Api Api kehangatan mengelilingi.
Musisi jalanan memainkan lagu jazz klasik dengan saxophone, di sudut sudut stand
menciptakan suasana seperti film-film romantis Eropa. Pasangan muda berpegangan tangan sambil menyeruput anggur panas mulled wine dan anak-anak tertawa menikmati marshmallow panggang dari sudut food truck yang terang-benderang.
Langit Melbourne di bulan Juli begitu jernih malam ini. Bintang-bintang menggantung di atas langit kota, sementara suara pasar masih hidup, seperti menolak untuk tidur. Ada sesuatu yang ajaib tentang Queen Victoria Market di malam hari semacam rasa nostalgia dari masa lalu, bercampur semangat modern dari kota yang tak pernah kehilangan denyut hidupnya.
Saya menutup malam itu dengan sepotong pai Lobster daging panggang hangat dan segelas es jeruk sambil duduk di bangku kayu tua sambil menatap kerlap-kerlip lampu dan manusia yang lalu lalang. Di balik dinginnya malam, saya menemukan kehangatan yang tak bisa dijelaskan hanya bisa dirasakan.
Saya merenung
Disisi lain Dunia manusia masih bereprang untuk mempertahankan pendapat dan hatga diri Bangsa dan Negara
Beruntung sekali negara Australia masih penuh dengan suka cita
Melbourne, 2 Juli 2025.
Sebuah malam yang akan selalu saya kenang.
Queen Victoria Market
Adharta
Www.adharta.com