From Singapore with Love
Oleh : Adharta
Ketua Umum
KRIS
Lavender
Selasa
19 Agustus 2025
Beberapa hari ini saya check up total
Dengan Dr Niko Wanahita
Di Rumah Sakit Mount Elisabeth Novena
Khususnya mengenai sakit jantung saya paska tindakan Oktober 2024
Cutting Ballon dan perbaikan semua pembuluh darah
Hasil check up semua baik
Cuma fungsi Jantung saya masih sangat lemah jadi memerlukan bantuan alat yang akan di tanam fidada saya
Saya ingin menuliskan kisah saya bersama Singapura
Perjalanan Awal
Langkah yang Tak Pernah Terlupakan olehku
Tahun 1982 adalah tahun yang mengubah jalan hidup saya.
Saat itu, tubuh saya berada dalam kondisi yang rapuh lemah bahkan lumpuh total
Sebuah kecelakaan motor di Jakarta, ketika saya hendak menuju tempat kerja di ICCI,
Jalan Raden Patah, membuat saya jatuh dalam kondisi lumpuh. Di Indonesia, saya sempat berpindah dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya. Beberapa dokter mencoba menolong, namun tak ada yang bisa memastikan apa sebenarnya penyakit saya. Ada dugaan gegar otak, ada yang menyebut syaraf saya terganggu, namun jawaban pasti tak kunjung datang.
Dalam ketidakpastian itu, saya merasa hidup berjalan di tepi jurang. Namun Tuhan selalu punya cara untuk mengulurkan tangan-Nya. Pertama kali saya datang ke Singapura, bersama papa dan mama saya juga kakak saya Risal
tahun itu juga, saya diperkenalkan dengan mendiang
Dr. Ong Tien Kong, yang kemudian merujuk saya kepada Dr. J.A. Tambyah,
seorang dokter besar di Mount Elizabeth Orchard road Singapore
Tak saya sangka, dalam waktu singkat, hanya empat hari, tim dokter di Singapura berhasil menemukan sumber penyakit saya. Sesuatu yang tak mampu dijawab berbulan-bulan di tanah air, akhirnya terungkap dengan terang di negeri seberang. Keputusan harus diambil
Saya harus menjalani operasi besar di Singapore General Hospital dengan tim medis Mount Alvernia di bawah pimpinan langsung
Dr. JA Tambyah.
Operasi thyroid toxicosis itu berlangsung lebih dari delapan jam. Tubuh saya ditopang alat, jiwa saya digantungkan pada doa. Namun ketika akhirnya saya terbangun dari meja operasi, hidup baru seperti diberikan kembali kepada saya.
Saya selamat. Saya bisa berdiri. Saya bisa melanjutkan kehidupan hingga hari ini.
Itulah momen pertama saya jatuh cinta pada Singapura
sebuah negara kecil, tapi penuh kepastian, disiplin, dan ketulusan dalam menolong.
Sentuhan Kemanusiaan yang Menghangatkan
Ada satu peristiwa sederhana, namun membekas selamanya dalam hati saya.
Suatu hari, ketika saya harus terbang menuju Eropa, saya transit di Changi Airport. Penerbangan lanjutan dijadwalkan pukul 6 pagi, dan saya menunggu sendirian di kursi bandara. Lelah, saya tertidur.
Ketika terbangun, saya mendapati ada selimut menutupi tubuh saya. Saya tidak tahu siapa yang meletakkannya, tidak pernah melihat wajah orang yang melakukannya. Namun malam itu, di tengah dingin bandara internasional, ada seseorang yang dengan diam-diam menunjukkan kepedulian.
Itu bukan sekadar selimut. Itu adalah simbol kemanusiaan. Sentuhan kecil yang menunjukkan bahwa kasih sayang tidak mengenal batas negara, tidak memerlukan bahasa.
Dari pengalaman sederhana itu, saya belajar bahwa kebaikan sejati seringkali hadir dalam bentuk paling sunyi.
Kejujuran yang Mengagumkan
Ada pula pengalaman lain yang tak pernah bisa saya lupakan.
Suatu ketika, saya dan kakak saya, Pak Risal, makan di McDonald’s Orchard.
Ramai sekali suasana malam itu, hingga tanpa sadar saya meninggalkan tas saya.
Baru setelah beberapa saat, kami tersadar dan kembali ke restoran.
Betapa terkejutnya saya, tas itu dikembalikan dalam keadaan utuh.
Tidak ada yang hilang, bahkan di dalamnya terdapat lebih dari 50.000 dolar Singapura.
Bayangkan, jumlah itu bukanlah kecil. Namun kejujuran masyarakat Singapura terbukti nyata.
Bagi saya, itu bukan hanya tentang barang yang kembali, melainkan pelajaran besar bahwa sebuah bangsa yang maju berdiri di atas pondasi integritas dan kepercayaan.
Sahabat dan Persaudaraan yang Tertanam
Perjalanan saya di Singapura tidak berhenti pada dunia medis semata.
Singapura kemudian menjadi tanah di mana saya menemukan banyak sahabat, mitra, dan keluarga besar.
Ada dukungan besar dari perusahaan Sembawang Holding dan Temasek,
yang membantu saya membangun pijakan bisnis di Singapura maupun di Indonesia.
Banyak perusahaan membuka tangan bagi saya:
Penguin corp
Tiong Woon corp
President Marine
Amsbach corp
Jaya Offshore corp
Labindo Marine
Bok Seng
Ang Sing Liu
Dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebut
Mereka adalah nama-nama yang mengiringi langkah saya dalam dunia usaha, sekaligus membuktikan bahwa persahabatan lintas negara bisa menjadi kekuatan nyata.
Namun perjalanan waktu juga mengajarkan kesedihan. Beberapa sahabat terbaik saya kini telah tiada
Yusuf Kamarudin
Tan Pak Sian
Yeo wee soon
Mereka meninggalkan jejak persaudaraan yang tidak akan pernah saya hapus dari ingatan.
Persahabatan sejati tidak berakhir pada perpisahan fisik
ia terus hidup dalam hati
Dan masih banyak sekali sahabat saya di Singapura yang saya kasihi
Pelajaran Hidup dari Singapura
Dari Singapura, saya belajar banyak hal yang mengubah cara pandang saya terhadap kehidupan
1. Disiplin dan Ketepatan Setiap aspek kehidupan di negeri itu berjalan dengan rapi. Jadwal, kebersihan, bahkan tata kota mengajarkan saya arti keteraturan.
2. Kemanusiaan dan Kepedulian Dari selimut di Changi, saya belajar bahwa perhatian kecil bisa berarti besar bagi orang lain.
3. Kejujuran dan Integritas Dari tas yang kembali dengan isi utuh, saya memahami bahwa bangsa besar lahir dari masyarakat yang menjunjung tinggi kepercayaan.
4. Persahabatan dan Dukungan Dari sahabat bisnis hingga keluarga angkat, saya merasakan bahwa keberhasilan tidak pernah lahir sendirian, melainkan dari jaringan kepercayaan dan kerja sama.
5. Harapan dan Kehidupan Baru Dari meja operasi yang panjang itu, saya mendapat kesempatan kedua untuk hidup. Itulah hadiah terbesar dari Singapura.
Dalam Doa Mengapa Saya Tidak Bisa Melupakan Singapura
Bagi banyak orang, Singapura hanyalah destinasi wisata, kota belanja, atau pusat keuangan dunia. Namun bagi saya, Singapura adalah bagian dari hidup saya. Di sanalah saya menemukan kembali kesehatan, belajar tentang arti kemanusiaan, mengalami kejujuran yang mengagumkan, dan membangun persaudaraan yang bertahan sepanjang zaman.
Hidup saya tidak akan sama tanpa pengalaman-pengalaman itu. Singapura mengajarkan saya untuk tidak hanya mencari kesuksesan pribadi, tetapi juga memberi makna bagi orang lain. Dari sana pula lahir keyakinan saya bahwa bangsa Indonesia pun bisa belajar banyak bahwa kedisiplinan, kejujuran, dan kepedulian adalah fondasi untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Akhir kata
Terima Kasih, Singapura
Hari ini, saat saya menulis kisah ini, hati saya dipenuhi rasa syukur. Syukur karena masih diberi kehidupan, syukur karena pernah ditolong, syukur karena memiliki sahabat-sahabat yang luar biasa.
Kisah ini bukan hanya tentang saya, melainkan tentang hubungan manusia dengan manusia, tentang jembatan yang menghubungkan dua bangsa, dan tentang cinta yang lahir dari pengalaman hidup.
Terima kasih, Singapura. Engkau bukan hanya negara tetangga, melainkan bagian dari perjalanan jiwa saya.
Adharta
From Singapore with Love.
Www.kris.or.id
Www.adharta.com