Kisah Keluarga

Penggalangan Dana Pembangunan Gereja Santo Vincentius a Paulo

H-1

Menuju VICO Night

Oleh : Adharta
Penasihat PPG
Ketua Umun
KRIS

Pengharapan yang paling besar karena ada hari esok

Sahabat baikku
Penggalangan Dana Gereja Santo Vincentius a Paulo
Tingal 1 hari lagi

hari itu adalah hari yang telah lama kita nantikan, hari yang mungkin tidak akan terlupakan sepanjang hidup kita
VICO Night,

malam ketika harapan, doa, dan cinta kasih umat bersatu demi sebuah mimpi suci

Pembangunan Gereja Santo Vincentius a Paulo.

Ketika matahari sore mulai turun hari ini, ada rasa yang sulit dijelaskan.

Seakan-akan langit pun ikut memandang persiapan kita dengan penuh harap.
Dan di balik semua kesibukan, ada sebuah cerita yang selama ini menjadi alasan mengapa gereja ini harus berdiri.

Sebuah kisah sederhana, namun cukup kuat untuk membuat siapa pun meneteskan air mata.

Beberapa bulan lalu, seorang anak kecil bernama Maria, usianya baru delapan tahun, datang bersama ibunya ke tanah tempat gereja itu akan dibangun.
Ia tidak membawa apa pun, hanya sebuah rosario kecil dari plastik yang sudah mulai pudar warnanya.

Maria merunduk, lalu memeluk ibunya sembari berbisik lirih,
“Mama… kapan kita punya gereja sendiri?

Aku ingin berdoa untuk Papa tanpa kehujanan lagi.”

Sang ibu hanya tersenyum, tapi air matanya jatuh tanpa bisa ia cegah.

Suaminya
ayah Maria
meninggal dunia dua tahun lalu karena sakit.

Maria
Anak kecil itu selalu berdoa untuk almarhum ayahnya, namun selalu di tempat seadanya kadang di bawah tenda, kadang di sudut ruangan rumah umat lain, kadang bahkan hanya di pinggir jalan saat mengikuti prosesi.

Ketika relawan pembangunan gereja mendekat dan menanyakan apa yang sedang ia lakukan, Maria mengulurkan rosario kecilnya.
“Ini satu-satunya harta yang aku punya,” katanya.

“Kalau ini bisa bantu bangun gereja… aku kasih.”

Semua orang terdiam.
Tidak ada kata-kata yang cukup kuat untuk menggambarkan momen itu.

Rosario plastik itu kini disimpan dengan sangat hati-hati
bukan karena nilainya, tetapi karena air mata dan harapan yang menyertainya.

Karena dari seorang anak kecil, kita belajar
cinta bukan soal besar kecilnya pemberian, tetapi seberapa besar hati yang kita sertakan.

Hari ini, ketika kita tinggal satu hari menuju VICO Night,
kisah itu menggema kembali.
Maria omengingatkan kita bahwa gereja yang hendak kita bangun ini bukan hanya bangunan fisik.

Gereja ini adalah rumah doa bagi setiap Maria yang sedang berjuang menguatkan imannya.

Gereja ini adalah tempat bagi para orang tua yang datang membawa syukur dan luka hidup mereka.

Gereja ini adalah ruang teduh bagi mereka yang letih, patah, dan membutuhkan kehadiran Tuhan dalam keheningan.

Dan mungkin, tanpa kita sadari, gereja ini juga akan menjadi tempat bagi kita sendiri suatu hari nanti
saat kita jatuh, saat kita kehilangan, saat kita merasa kosong, atau saat kita membutuhkan secercah cahaya dari surga.
Dimana saja

Di balik layar persiapan acara, para panitia telah bekerja tanpa lelah.
Ada yang datang paling awal dan pulang paling akhir.
Ada yang diam-diam menanggung kekurangan dana demi menutup celah agar acara ini tetap berjalan.

Ada yang menjual barang pribadi, ada yang menyisihkan gaji bulanannya, ada pula yang berdoa semalaman agar Tuhan menyertai setiap langkah.

Semua itu dilakukan bukan untuk dipuji, bukan untuk dikenang, melainkan karena cinta yang tulus bagi Tuhan dan sesama.

Banyak dari kita mungkin tidak menyadarinya, namun setiap orang yang membantu
sekecil apa pun kontribusinya
telah menjadi bagian dari sejarah rohani yang kelak akan diceritakan turun-temurun:
bahwa pada suatu masa, umat Santo Vincentius a Paulo pernah bersatu, bergandeng tangan, dan membangun rumah Tuhan dengan air mata, pengorbanan, dan cinta yang luar biasa.

Esok malam, ketika lampu-lampu menyala, ketika musik mulai mengalun, ketika setiap tamu mengambil tempat duduknya, mari kita ingat satu hal

VICO Night bukan sekadar acara.
Ini adalah momentum iman.
Momentum harapan.
Momentum cinta kasih yang hidup.
Dan ketika kita memberi, kita bukan hanya membantu membangun sebuah gereja.
Kita sedang membangun masa depan iman.

Kita sedang membangun tempat di mana anak-anak seperti Maria bisa berlutut dan berdoa tanpa takut kehujanan.
Kita sedang membangun ruang bagi jiwa-jiwa yang membutuhkan keheningan untuk bertemu Tuhan.

Kita sedang membangun warisan rohani bagi generasi yang belum lahir.
Tinggal satu hari lagi.
Satu hari menuju malam di mana air mata mungkin akan jatuh, bukan karena kesedihan, tetapi karena haru melihat betapa besar kasih Tuhan yang bekerja melalui kita semua.

Semoga hati kita tergerak.
Semoga pengorbanan kita berkenan.
Dan semoga Gereja Santo Vincentius a Paulo benar-benar berdiri
bukan hanya dari batu dan semen, tetapi dari cinta, iman, dan air mata umatnya.
Amin.

Salam dan berkat
Bersama Bapa Uslup
Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM
Hadir bersama anda

Adharta

Www.kris.or.id
Www.adharta.com