Oleh : Adharta
Ketua Umum
KRIS

Kisah Kasih
Ada sebuah keluarga sederhana yang hidup dalam ritme yang biasa-biasa saja sang ayah yang bekerja keras, ibu yang selalu mencoba tersenyum meski hatinya letih, dan seorang anak perempuan yang tumbuh dalam dunia yang semakin bising dan penuh tekanan.

Di meja makan mereka, ada tawa yang kadang hanya pura-pura, dan diam yang kadang lebih keras dari kata-kata.

Beberapa waktu terakhir, kehidupan terasa lebih berat dari biasanya.
Sang ayah mulai kehilangan semangat, pekerjaannya terasa seperti beban tanpa tujuan.
Ibu mulai merasa lelah, bukan karena fisik, melainkan karena hati yang mulai kehilangan arah.

Anak mereka yang seharusnya terbebas dari segala beban ikut merasakan kegelisahan yang tidak pernah ia mengerti.

Lalu pada suatu malam, entah karena dorongan hati atau karena bisikan lembut yang sulit dijelaskan, sang ibu mengajak keluarga mengikuti Misa Jumat Pertama.

Siang yang sahdu
Awalnya, tidak ada yang menganggapnya istimewa.
Hanya misa seperti misa biasa lainnya, pikir mereka. Namun mereka tetap pergi tanpa ekspektasi, tanpa rencana.

Ketika lonceng gereja berdentang, hati mereka mulai pelan-pelan melunak.
Suara umat bernyanyi seperti angin sepoi yang menyentuh luka lama.
Bau dupa yang naik ke langit terasa seperti doa-doa yang selama ini terpendam, tidak pernah terucap, bahkan tidak pernah diakui.

Dalam saat hening, sang ayah menunduk dan merasakan hatinya retak bukan karena kesedihan, melainkan karena ia menyadari betapa lama ia tidak membuka dirinya kepada Tuhan.
Sang ibu meneteskan air mata, bukan karena sakit, tetapi karena untuk pertama kalinya ia merasakan kedamaian yang selama ini ia cari.

Sang anak memandang salib dan untuk alasan yang tidak bisa ia jelaskan, ia merasa dicintai.
Lalu tibalah momen adorasi. Saat Hosti diangkat, ruangan seolah berhenti bernafas.
Tidak ada lagi kegelisahan, tidak ada lagi pertanyaan, tidak ada lagi jarak.
Yang ada hanyalah cinta diam, lembut, dan nyata.
Mereka menerima komuni bersama.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, mereka berdoa bukan sebagai tiga hati yang terpisah, tetapi sebagai satu keluarga.

Ketika misa selesai, mereka berjalan pulang tanpa banyak kata.

Namun sesuatu telah berubah. Senyum sang ayah kini tulus. Mata sang ibu kini bercahaya. Anak mereka menggenggam tangan orang tuanya lebih erat, seolah takut kehilangan rasa damai itu.

Malam itu, mereka duduk di meja makan yang sama
tetapi dengan hati yang berbeda. Mereka tertawa, bukan karena basa-basi, tetapi karena sukacita.

Mereka berdiam, bukan karena jauh, tetapi karena saling mengerti.

Misa Jumat Pertama bukan sekadar rutinitas.
Bagi mereka, itu menjadi sentuhan kasih yang memulihkan. Perlahan, bukan hanya tubuh yang kuat kembali
tetapi jiwa yang selama ini terluka menemukan rumahnya kembali.
Dan sejak hari itu, mereka tahu
setiap Jumat Pertama adalah undangan untuk merasakan kembali kehadiran Tuhan yang selalu setia, bahkan ketika manusia ragu.

UNDANGAN
Misa Jumat Pertama
Keluarga KRIS
5 Desember 2025
Jam 14.30
Wisma Mitra Sunter
Jakarta utara

Note :
Kita akan rayakan Harultah Imamat ke 49
Romo Johanis Mangkey MSC