Oleh : Adharta
Ketua Umum
KRIS

Akhir Nopember 2025

Suatu senja saya di telepon seorang sahabat lama
Dia bercerita dia bertemu seorang sahabat lama mereka bersuka cita dan penuh canda tetapi entah mengapa belum beberapa lama mereka saling mencaci maki dan saling membenci

Saya bilang mungkin di kelahiran lalu kamu ada Djiong (istilah hokkian) atau ketidak cocokan
Haha kami tertawa
Mungkin benar di kehidupan lalu dilahirkan bermusuhan

Percaya kah suatu saat kita ketemu seseorang yang tidak kita kenal
Tapi kita menyukaknya
Tetapi ada suatu saat kita ketemu orang kita langsung membencinya bahkan tanpa alasan

Apakah saling memaafkan bisa mengatasi kebencian
Jawabannya bisa
Apakah memberi maaf atau ampun terhadap
Bisa menghilangkan kebencian
Tetapi kalau menghilangkan benci dalam kebencian tidak bisa
Jadi harus bagaimana
Jawabannya kita bisa dengar dulu dibawah ini

Mengapa Harus Membenci?

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering disuguhkan berita tentang pertengkaran, konflik, dan kebencian.
Tidak hanya di media, kadang kita sendiri merasakannya dalam pengalaman pribadi.

Kebencian dapat muncul dalam hitungan detik, namun bisa bertahan bertahun-tahun.

Kadang tanpa alasan yang jelas, dua insan yang dulunya saling mencintai berubah menjadi musuh.
Begitu pula dalam keluarga: suami dan istri, orang tua dan anak, kakak dan adik.
Kebencian bisa hadir diam-diam, tumbuh dan mencengkeram hati tanpa batas.
Padahal, tidak ada manusia yang diciptakan untuk membenci. Hati manusia secara alami menginginkan kedamaian, kasih sayang, dan hubungan yang harmonis.
Namun kenyataannya, kebencian sering menjadi bagian hidup. Pertanyaannya: mengapa?

Setidaknya ada tiga penyebab utama munculnya kebencian dalam hubungan manusia.

Pertama
Belum Mengenal Isi Hati Masing-Masing
Kebencian sering muncul karena manusia terlalu cepat menghakimi, tetapi terlalu lambat memahami.
Kita mudah tersinggung, tetapi enggan bertanya dengan tulus: “Apa sebenarnya yang kamu rasakan?”

Ketika dua orang tidak benar-benar saling memahami isi hati, muncul jarak yang perlahan melebar.
Suami merasa istrinya tidak mengerti perjuangannya. Istri merasa suaminya tidak memahami kelelahan batinnya.
Orang tua merasa anak tidak menghormati, sementara anak merasa tidak pernah didengar.

Ketidaktahuan ini melahirkan asumsi.

Asumsi melahirkan prasangka.
Prasangka melahirkan luka.
Dan luka, bila tidak diobati, menjadi kebencian.

Padahal sering kali bukan hatinya yang buruk, tetapi komunikasinya yang tidak pernah selesai.

Banyak orang berbicara untuk menang, bukan untuk memahami. Mereka mendengar, tetapi tidak menyimak mereka melihat, tetapi tidak memahami maknanya.

Solusinya adalah belajar hadir untuk mendengar.
Bukan sekadar membiarkan kata masuk telinga, tetapi memahami apa yang tidak diucapkan.

Karena kadang yang paling menyakitkan bukan kata-kata, melainkan keheningan yang penuh jarak.

Kedua
Belum Bisa Saling Mengerti Satu Sama Lain
Saling mengerti berarti melihat dunia dari kacamata orang lain.
Banyak hubungan rusak bukan karena perbedaan besar, tetapi karena ket inability untuk menerima perbedaan.
Manusia diciptakan dengan karakter, pengalaman, dan latar belakang yang berbeda. Ada yang sensitif, ada yang logis. Ada yang suka bicara, ada yang diam. Ada yang terbuka, ada yang menyimpan luka.
Namun kita sering ingin orang lain berpikir dan bertindak seperti diri kita.
Ketika mereka berbeda, kita marah. Ketika mereka tidak sesuai harapan, kita kecewa. Dari kekecewaan itu, kebencian mulai mendapatkan tempat.
Padahal kedewasaan dalam hubungan adalah kemampuan memahami bahwa tidak semua harus seragam.
Perbedaan bukan ancaman — perbedaan adalah kesempatan untuk saling melengkapi.
Solusi untuk poin ini adalah empati.
Berhentilah bertanya:
“Kenapa kamu tidak seperti yang aku mau?”
Mulailah bertanya:
“Bagaimana aku bisa mengerti kamu lebih baik?”

Ketiga
Tidak Mampu Menguasai Diri, Emosi, dan Kesabaran
Emosi adalah bagian manusia yang alami. Namun, ketika emosi menguasai kita, kehancuran dapat terjadi. Banyak kata diucapkan dalam amarah yang kemudian disesali seumur hidup.

Banyak tindakan dilakukan dalam emosi sesaat yang merusak sesuatu yang sudah dibangun bertahun-tahun.
Kesabaran adalah benteng terakhir sebelum kebencian berkembang. Namun sayangnya, kesabaran sering terasa lebih sulit daripada kemarahan, padahal buahnya lebih manis.
Ketidakmampuan menahan diri menjadikan masalah kecil menjadi besar. Sering kali bukan persoalannya yang berbahaya, tetapi reaksinya.
Solusi di sini adalah melatih jeda emosional
belajar diam sebelum bereaksi. Karena diam yang penuh pengendalian diri sering lebih bijak daripada kata-kata yang lahir tanpa pertimbangan.
Niat dan Motif Tersembunyi
Di luar tiga penyebab utama, ada pula faktor lain yang tidak terlihat: motif tersembunyi. Kadang kebencian sengaja dipelihara karena seseorang ingin menang, ingin menguasai, ingin membalas luka lama, atau bahkan ingin menjatuhkan secara sosial.

Ada manusia yang terluka, dan karena tidak sembuh, ia ingin orang lain merasakan sakit yang sama. Ada pula yang merasa membenci adalah benteng untuk melindungi diri, padahal kebencian justru merusak dirinya dari dalam.
Motif tersembunyi ini sering berawal dari ketakutan, ego, dan trauma. Mereka tidak membenci orangnya mereka membenci rasa sakit yang pernah ditimbulkan oleh orang itu atau seseorang sebelumnya.
Solusi dan Saran
Untuk mengatasi kebencian, ada beberapa langkah penting:
Mulailah dengan kesadaran.

Sadari bahwa kebencian bukan solusi ia hanya memperpanjang luka.
Belajar memaafkan, meskipun belum bisa melupakan.
Memaafkan bukan berarti membenarkan kesalahan; itu berarti melepaskan diri dari belenggu racun batin.
Bangun komunikasi yang jujur dan lembut.
Bicara dengan hati, bukan hanya dengan logika.
Latih empati setiap hari.
Coba pahami perasaan, kondisi, dan alasan di balik sikap seseorang.
Jaga emosi dengan kesadaran diri.
Ambil jeda. Menunda reaksi sering menyelamatkan hubungan.
Belajar menerima ketidaksempurnaan.
Tidak ada manusia yang sempurna.
Kita pun pernah melukai orang lain tanpa sadar.

Mari kita masuk ke pembahasan diatas

Hidup terlalu singkat untuk dihabiskan dengan kebencian.
Kasih sayang membangun, kebencian menghancurkan. Kedamaian memberi kehidupan, kebencian merampas kebahagiaan.
Jika kita belajar memahami, menerima, mengerti, dan memaafkan, dunia ini terutama dunia dalam hati kita akan menjadi jauh lebih indah.
Karena pada akhirnya, manusia tidak butuh menang dalam pertengkaran. Manusia butuh dipahami, dicintai, dan dihargai.

Dan semua itu hanya lahir dari hati yang memilih cinta, bukan kebencian.

Jadi hanya satu cara menghilangkan benci dalam kebencian
Yakni memutus rantai kebencian itu sendiri

Sampai suatu saat kita menemukan jati diri kita dan kemampuan self esteem

Mencapai titik kesempurnaan disanalah kita bisa melihat firi kita sendiri

Damai sertamu

Www.kris.or.id
Www.adharta.com